Menulis Resensi Buku Kumpulan Cerpen dan Pokok-Pokok Resensi (The Main Points Book Reviews)
Anda akan
menulis resensi buku kumpulan cerpen berdasarkan unsur-unsur resensi. Jika Anda
ingin mengetahui kelayakan suatu buku, bacalah resensi buku tersebut.
Berdasarkan resensi tersebut, Anda bisa mengetahui mutu dan kelemahan buku.
Anda pun bisa membuat sebuah resensi buku.
contoh :
Estetika
Kefasihan Pengarang Bercerita
Judul Buku :
Potongan Cerita di Kartu Pos
Pengarang :
Agus Noor
Penerbit :
Penerbit Buku Kompas
Cetakan : I,
September 2006
Tebal Buku :
vi + 173 Halaman
Kembali
dunia sastra Indonesia digairahkan oleh penerbitan buku kumpulan cerpen
berjudul Potongan Cerita di Kartu Pos karya Agus Noor. Bagi yang jeli mengamati
proses kreatif Agus Noor sepanjang kepengarangannya pastilah bakalan bersepaham
bahwa kumpulan cerpen ini adalah buku kelima yang dihasilkannya, setelah
sebelumnya ia menerbitkan buku kumpulan cerpen yang berjudul Memorabilia
(1999), Bapak Presiden yang Terhormat (2000), Selingkuh Itu Indah (2001), dan
Rendezvous: Kisah Cinta yang Tak Setia (2004).
Sedikit
berbeda dengan buku-buku kumpulan cerpen yang sebelumnya dihasilkan, di dalam
buku ini Agus Noor terlihat lebih matang dalam bereksperimen. Baik dari sisi
spesifikasi tema–karena ada cerpen yang hanya berbicara soal kupu-kupu–maupun
alur penceritaan. Lihat saja
pada cerpen yang berjudul Puzzle Kematian
Girindra, misalnya. Cerpen ini dibagi dalam beberapa bagian, berkisah tentang
misteri kematian tokoh Girindra. Cerita berkelindan pada sejumlah kemungkinan
penyebab kematian Girindra. Juga pada tokoh-tokoh yang terlibat sepanjang
kehidupan Girindra. Yang menarik adalah teknik penceritaan yang memang seperti
permainan puzzle. Jadi, pembaca yang telah mengikuti alur cerita sampai bagian
lima, misalnya, harus membaca bagian pertama lagi karena ada petunjuk teknis
dari pengarang bahwa penyebab atau alasan tertentu memang hanya bisa dirujuk di
bagian pertama.
Teknik
penceritaan yang tak lazim semacam ini, jelas menuntut kejelian dan ketangkasan
penguasaan alur. Saya kira sebagai pengarang, Agus Noor telah berhasil
membangun irama keterkejutan kepada pembaca: teknik penceritaan yang
dipaparkannya berhasil mengguncang-guncang ketegangan.
Teknik
penceritaan menarik lainnya ada pada cerpen yang berjudul Potongan-Potongan
Cerita di Kartu Pos. Cerpen ini menceritakan bahwa seorang tokoh telah
mendapatkan beberapa kiriman kartu pos. Seorang tokoh tersebut mendapatkan
kartu-kartu pos yang ternyata bersambung. Setiap kartu pos memuat potongan
cerita yang akan dilanjutkan pada kartu pos berikutnya. Dari segi teknik
penceritaan bisa disebut sebagai model cerita berbingkai dengan media berupa
kartu pos.
Hal yang
perlu dikritisi adalah terlepas dari keberhasilan upaya pembangunan teknik
penceritaan yang mengedepankan aspek alur, Agus Noor telah menggiring paradigma
pembaca bahwa celah-celah pengembangan estetika sungguh tak terbatas. Di
situlah esensi kehadiran kreator bakal teruji, apakah seorang pengarang memang
akan berperan sebagai pengisah yang piawai atau cuma melanjutkan klise bahwa
kerja mengarang telanjur terjebak pada gaya-gaya tertentu yang seolah-olah
menjadi pakem, baik realis, surealis, absurd, maupun yang lainnya tanpa ada
kebaruan apa pun, misalnya dari sisi teknik penceritaan.
Bagi saya,
alternatif teknik penceritaan yang dikembangkan Agus Noor, dengan menyentuh
”khasanah puzzle” dan cerita berbingkai, telah mengonkretkan kredonya sendiri
bahwa sebaiknya cerpen-cerpen yang ada di dalam buku mengemban konsekuensi
eksperimentasi yang beragam dan luas. Ingat, Agus Noor adalah pengarang yang
senantiasa menganjurkan keterbatasan ruang eksperimentasi cerpen di koran
haruslah mendapatkan solusi. Rupa-rupanya, format buku menjadi pilihan memikat
untuk mengembangkan eksperimentasi karena aspek keluasan halaman, keterbebasan
dari risiko ”norma moral dan sosial”, dan sebagainya. Meskipun memang, tak
semua cerpen Agus Noor yang ada di buku ini memuat aspek eksperimentasi,
terutama dalam hal teknik penceritaan dan kepanjangan halaman. Beberapa cerpen
lainnya toh masih tetap ”berformat” koran, padahal jika mau dikembangkan lagi
juga bisa lebih memikat.
Membaca
cerpen-cerpen Agus Noor di buku ini, bagi saya juga mengukuhkan pandangan bahwa
ruang- ruang alternatif penjelajahan imajinasi memang sebaiknya senantiasa
diciptakan. Kita tahu, banyak cerpenis Indonesia yang telanjur terjebak pada
”tema-tema dan teknik yang monoton”, katakanlah yang ”konvensional” dengan
penggambaran deskripsi realisme warna lokal maupun sebagaimana estetika yang
belakangan marak yang mengemban unsur-unsur seksisme sebagai wilayah ekspresi.
Dengan kata lain, sesungguhnya banyak tema dan pendekatan teknik penceritaan
yang berserak yang bisa dijumput dan digarap, di luar yang sudah umum
dikerjakan oleh sejumlah cerpenis lain.
Dengan kata
lain pula, sebetulnya sebuah cerpen memang bisa saja tak harus terbebani pesan
moral atau apa pun, karena pretensinya yang hanya ingin bereksperimen itu
sendiri. Resep estetik yang bisa dipraktikkan oleh para penulis cerpen lain
setelah membaca buku ini adalah soal penguasaan/kefasihan teknik bercerita yang
sungguh-sungguh memegang peranan penting, sebelum tema dan varian lain yang
menggelayuti tubuh sebuah cerpen terkuasai, untuk sebuah hasil penciptaan
secara sadar.
Sumber: www.pontianakpost.com
Pokok-Pokok
Resensi
Teks
tersebut merupakan resensi buku kumpulan cerpen. Asal kata resensi berasal dari
bahasa Belanda resensie atau bahasa latin resenseo yang berarti ulasan atau
uraian tentang buku, film, drama, teater, ataupun kaset. Ulasan resensi
bersifat informatif mengenai pertimbangan mutu, baik, atau buruk sebuah buku.
Resensi buku bertujuan memberikan rangsangan kepada pembaca agar membaca dan
memiliki buku tertentu. Di samping itu, resensi buku dapat membantu penerbit
atau pengarang untuk memperkenalkan buku yang baru diterbitkan. Agar mampu
menulis resensi Anda harus mengetahui pokok-pokok isi resensi. Pokok-pokok yang
dijadikan sasaran dalam meresensi buku sebagai berikut.
1. Identitas
Buku
Identitas
buku meliputi judul, nama pengarang, nama penerbit, tempat dan tahun terbit,
cetakan, serta tebal buku.
2. Pembuka
Resensi
Kegiatan
menulis resensi dapat dilakukan dengan mengutip paragraf dalam buku. Kutipan
ini sebagai landasan berpikir. Penulis juga dapat mengemukakan tema buku secara
singkat yang dilengkapi dengan deskripsi isi buku dan memperkenalkan
kepengarangan (nama, ketenaran, hasil karya, ataupun proses kreatifnya).
3. Macam
atau Jenis Buku
Penulis
resensi menunjukkan jenis buku yang diulas kepada pembaca. Dengan kata lain, ia
harus mengklasifikasi buku itu dalam kelas atau kelompok buku tertentu,
misalnya fiksi dan nonfiksi.
4.
Keunggulan Buku
Penulis
resensi mengemukakan segi-segi menarik dari buku tersebut.
Penulis
dapat menguraikan hal-hal berikut.
a.
Organisasi Buku
Organisasi
buku meliputi kerangka buku, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang
lain. Jadi, ada kepaduan, kejelasan, dan memperlihatkan perkembangan yang
logis.
b. Isi Buku
Isi buku
menyangkut paparan dan rincian buku, serta adanya kesimpulan umum. Buku
dikatakan berkualitas jika organisasi dan tema terangkai padu, baik, dan benar.
c. Bahasa
Penggunaan
bahasa yang baik dapat dinilai dari segi struktur kalimat, hubungan
antarkalimat, dan diksi atau pilihan kata. Selain itu, perlu pembedaan antara
penggunaan bahasa untuk buku ilmiah dan buku fiksi sastra. Bahasa dalam buku
ilmiah bersifat denotatif, satu penafsiran, sedangkan bahasa fiksi sastra
bersifat konotatif untuk mengembangkan daya imajinasi.
5. Kelemahan
Buku
Resensi buku
juga menguraikan kelemahan buku. Kelemahan ini meliputi cacat fisik
(kelengkapan halaman, konsistensi penulisan, kualitas penjilidan) dan
pembahasan yang tidak sistematis. Sisi kelemahan bisa disesuaikan dengan tema
yang mengikat buku tersebut.
6. Nilai
Buku
Apabila
penulis resensi telah memberikan gambaran mengenai latar belakang buku dan
mengemukakan pokok-pokok yang menjadi sasaran ulasan, penulis resensi telah
menilai buku. Nilai sebuah buku akan lebih jelas jika dibandingkan dengan karya
lain.
sumber dari :
terimakasih infonya. :d
BalasHapusJazakallah. Semoga bisa menambahkan https://vracarsa.blogspot.co.id/2016/09/langkah-langkah-meresensi-cerpen.html
BalasHapus